top of page

Tantangan bagi Big Brands, Peluang bagi Startup


Illustrasi oleh www.mbriofood.com

Bagi masyarakat Indonesia, perlu diketahui bahwa saat ini sudah mulai terdengar program accelerator untuk perusahaan rintisan (startup) pangan di Indonesia seperti Kreatifood, Food Startup Indonesia, Foodlab Indonesia, Accelerice, dan Ultra Indonesia. Kesamaan diantara program-program tersebut terletak pada tujuan mereka untuk membina startup pangan agar mampu berkembang dan bersaing baik dalam skala nasional maupun internasional. Seluruh program tersebut memperoleh dukungan dari BEKRAF ( dengan catatan bahwa Kreatifood adalah program resmi dibawah BEKRAF), karena program akselerator ini membuka peluang para industri pangan kreatif untuk mendukung perekonomian di indonesia dimasa depan.


Rabu 5/2, Food Industry Asia (FIA) memaparkan hasil survey hasil kerjasamanya bersama IGD terhadap 1.013 konsumen Indonesia dan 22 Perusahaan pangan besar juga turut berpartisipasi dalam survei ini. Rupanya, dalam survey ini juga dipaparkan hasil survei tingkat kesehatan di indonesia (overweight, obesitas, cardiovascular disease, dan diabetes), kecenderungan konsumen Indonesia terhadap makanan sehat, dan tantangan yang dihadapi perusahaan besar untuk melakukan reformulasi produk.



Perusahaan pangan juga turut berpartisipasi dalam program pemerintah mengenai produk pangan yang lebih sehat (contoh: rendah gula, garam, lemak). Namun, mereka perlu melakukan reformulasi produk-produk pangan mereka. Tantangan dalam melakukan reformulasi adalah sebagai berikut:


  1. Keterbatasan Dana

  • ​Menyangkut riset dan pengembangan produk, kampanye, iklan, dll.

  1. Penerimaan Konsumen

  • Dikhawatirkan cita rasa produk yang baru berbeda dengan cita rasa unik dari produk sebelumnya. Padahal cita rasa unik tersebutlah yang menjadi faktor utama penjualan.

  1. Menjaga Cita Rasa

  • Menciptakan produk yang lebih sehat namun memiliki cita rasa yang sama dengan produk sebelumnya.

  1. Pencarian bahan baku

  • Mempertimbangkan penggunaan bahan baku yang sesuai dengan budget perusahaan, mampu menjaga karakteristik sensori dari produk sebelumnya.


Menurut Matt Kovac (FIA Executive Director) dan Steven Bartholomeusz (FIA Policy Director), startup pangan yang ingin bergerak dibidang makanan sehat memiliki peluang yang lebih besar ketimbang para big brands. Hal ini dikarenakan para food startup tidak perlu melakukan reformulasi produk yang memerlukan lebih banyak biaya, bahan baku baru, dan mengkhawatirkan turunnya penerimaan konsumen. Sehingga mereka dapat mengembangkan formula dan cita rasa produk yang sehat sejak awal dengan menerapkan prinsip rendah gula-garam-lemak, rendah alergen, rendah natrium, atau prinsip pangan lebih sehat lainnya.


Steven Bartholomeusz (FIA Policy Director)
Matt Kovac, FIA Executive Director

Dalam survey ini disertakan juga behavior masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan sehat. Data ini dapat digunakan startup pangan untuk menciptakan manuver strategi bisnis mereka. Namun, memproduksi pangan sehat di Indonesia perlu menyesuaikan dengan trend pasar yang sedang berlangsung. Dari data yang diungkapkan FIA, memang 99% masyarakat Indonesia mencoba meningkatkan pola makan sehat mereka, Namun hanya 10% yang rajin mengonsumsi makanan sehat dan jarang mengkonsumsi makanan tidak sehat.


Laporan survey dari FIA dan IGD ini dapat bermanfaat bagi startup pangan yang ingin menciptakan produk sehat. Tidak seperti perusahaan besar, startup tidak perlu melakukan reformulasi produk. Para startup juga dapat memanfaatkan data perilaku konsumen untuk pertimbangan strategi bisnis.(SA)


Sumber:

FIA & IGD. 2019. Healthier Product Reformulation in Indonesia: Consumer and Company Research on Progress and Priorities. Singapore (SG): FIA.


Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

Ask

Food Lab

Ask
Certification

bottom of page